Visi Madrasah
Selasa, 16 Des 2025
  • Membetuk Generasi yang memiliki karakter Spiritual (Agamis), Mandiri & berprestasi, Adaptif terhadap teknologi, Ramah anak, dan Tanggap terhadap lingkungan.
  • Membetuk Generasi yang memiliki karakter Spiritual (Agamis), Mandiri & berprestasi, Adaptif terhadap teknologi, Ramah anak, dan Tanggap terhadap lingkungan.
26 Januari 2025

Berharganya Muslimah

Ming, 26 Januari 2025 Dibaca 730x

By  Kayla Ghecka Wikara (Kelas 12 IPS MAN 3 Kuningan) 

  • “Cerpen ini di bukukan di _Aksara kalbu bulan Maret 2022, Selamat membaca dan menikmati”. 

Gheya adalah seorang gadis berusia 14 tahun. Ia gadis pendiam dan pemalu. Dan juga Gheya jarang keluar rumah, jadilah dia anak rumahan. Dia tinggal di desa sederhana di perbukitan. Di sana cuacanya sangatlah sejuk, membuat orang luar yang datang ke kampungnya merasa nyaman.

Gheya anak yang tidak suka kalau dirinya menonjol atau terkenal di sekolah atau lingkungan rumah, karena ia akan merasa risi dan malu. Walaupun begitu, tetap banyak orang yang mengenalinya. Di kalangan laki-laki, ia cukup terkenal dengan kecantikannya. Akan tetapi, Gheya tidak pernah memanfaatkan kecantikannya pada laki-laki yang bukan mahramnya.

Sokarang, pada saat Gheya menginjak umur 14 tahun, ia memutuskan untuk hijrah. Hijrahnya hanya bermodalkan niat, media sosial untuk mencari-cari apa saja yang dilarang dalam agama Islam dan sunah-sunah Rasul, lalu grup Motivasi Hijrah di grup chat. Imannya pasti naik turun. Ia selalu merenung dan berkata:

“Apa aku kuat untuk hijrah sampai istiqamah?”

Karena saat Gheya memutuskan untuk memakai cadar, lingkungan tidak mendukungnya dan lagi-lagi membuat dirinya berpikir untuk melepaskan cadarnya. Namun, ada saja kejadian yang membuatnya tidak jadi untuk melepaskan cadarnya, seperti saat ia sedang pergi keluar dan tidak memakai cadar meskipun ia selalu membawanya, pasti Gheya selalu bertemu perempuan bercadar lewat di hadapannya dan membuat Gheya termenung memikirkan niatnya untuk bercadar.

Beberapa kali Gheya dibilang seperti teroris oleh orang tuanya.

“Kenapa gak lepas aja sih?! Kayak teroris aja!”

Itu hampir seperti bentuk bentakan untuknya. Jika Gheya mendengar kata-kata itu, ia selalu manahan tangisannya. Dan tempatnya untuk curhat adalah ketika selesai salat, ia akan menangis tanpa suara sambil bersujud atau duduk sambil menutup mukanya dengan telapak tangannya.

“Hiks… kuatkan hamba, ya Allah.”

Ya, tempat curhat terbaik adalah Allah, yang mana kau akan merasakan tenang saat sedang curhat dengan-Nya.

Gheya terlahir di keluarga yang tidak terlalu mendalami agama Islam atau tidak terlalu paham agama, Paling-paling mereka melaksanakan kewajiban dalam agama Islam seperti melaksanakan salat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, dan hal yang mereka tahu tentang agama Islam.

Gheya tidak suka bergaul dengan orang luar. Ia lebih suka di rumah. Bagaimanapun juga, Allah lebih suka dengan perempuan yang betah di rumah.

Sewaktu hijrah, teman sekolahnya bertanya, “Memangnya kalau hijrah dapat apa?”

Gheya menjawab …

“Allah subhanahu wa ta’āla berfirman:

‘Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha pengampun, Maha Penyayang.’ QS. An-Nisa’ ayat 100.”

Tentu saat Gheya hijrah banyak ujian yang Allah berikan padanya seperti ia memiliki teman di sekolah yang tidak taat oleh aturan Allah. Pernah suatu saat ia pergi berdua dengan temannya itu.

“Hmmm kamu jangan berpakaian kayak gitu. Terus kerudungnya jangan diikat, tutupin dada kamu, soalnya itu aurat Gheya berkata hati-hati.

Ketika kita banyak menemukan berbagai cara berhijab wanita muslimah, maka yang paling benar adalah yang menutupi dada (seluruh tubuhnya), sederhana, dan tidak memakai riasan di wajahnya. Akan tetapi, jawaban temannya membuat Gheya menahan amarahnya.

“Nih, Gheya, aku tuh males tau dibilang sok alim sama anak lain.”

“Kamu lebih peduli sama omongan mereka dibanding aturan Allah, ya?”

Sungguh, Gheya menahan amarahnya saat itu sehingga ia mengatakan hal itu.

“Dahlah, itu mah belakang aja, gak penting.”

Mata Gheya berkaca-kaca mendengar kalimat itu, ia menahan tangis. Gheya mempercepat langkahnya mendahului temannya itu sambil bergumam kecil dan hanya dirinya yang bisa mendengarnya.

“Itu penting. Jika kamu tunda-tunda untuk menutup auratmu saja malas, bagaimana kalau ternyata ajalmu sudah tepat di depan mata dan kamu belum sempat menutup aurat?”

Gheya menghapus air matanya yang hampir jatuh lalu tersenyum. “Menyesal? Sudah terlambat.”

Akan tetapi, Gheya tetap mendoakan temannya agar cepat sadar bahwa menutup aurat sangat penting. Semoga temannya mendapatkan hidayah dari Allah Swt. Aamiin.

Apa dibilang sok Alim itu melelahkan? Pusing? Menjengkelkan?

“Hijrahmu untuk siapa sih? Untuk dilihat orang atau ALLAH? Kalau benar karena Allah, kenapa harus pusing mikirin perkataan orang lain? Bukankah hanya Allah yang berhak menilai? Maka biarlah ocehan-ocehan mereka. Jangan merasa paling tersakiti, terkadang kau juga luka bagi orang lain.”

Lalu Gheya suka berpikir seperti ini. Ia hidup di zaman modern, di mana ada ponsel, laptop, dan barang elektronik serta barang canggih lainnya. Satu hal yang membuat Gheya sedikit kasihan dan juga menggeleng, apa anak zaman sekarang tahu perjuangan Nabi Muhammad saw? Untuk menaikkan derajat mereka, dan ini balasan mereka?

Wahai keturunan hawa.

Dahulu pada zaman jahiliyah, derajatmu sangatlah hina, Namun, ada laki-laki yang berdiri paling depan untuk melindungimu dan mengangkat derajatmu. Hingga pada akhirnya surga berada pada kakimu. Bahkan engkau menjadi sebaik- baiknya perhiasan yang dimiliki oleh dunia.

Lalu, mengapa engkau murahkan harga dirimu? Mengapa engkau jual murah auratmu?

Padahal wanita itu harusnya …

Mahal dan terjaga.

Ketahuilah, kemuliaanmu hilang bukan karena sedikitnya ilmu, tetapi karena hilang rasa malu.

Mereka menjual diri mereka sendiri dengan mudah, yaitu berjoget di depan kamera, menggoyangkan pinggul mereka, memamerkan kecantikan mereka. Gheya bukan iri, tetapi ia hanya merasa prihatin. Karena dengan posting-an itu mereka akan mendapatkan dosa jariyah, dosa yang terus mengalir meski orang tersebut sudah mati. Karena apa? Karena banyak laki- laki yang bukan mahram kalian melihat video kalian, karena itu mengundang syahwat.

Wanita itu berharga. Mereka ratu yang harus dijaga. Namun, karena sifat wanita yang ingin dilihat, membuat mereka lupa betapa berharganya mereka. Bahkan bayangan diri mereka sendiri saja difoto.

Kembali lagi pada Gheya. Akhirnya ia memutuskan untuk tetap memakai cadarnya. Ia tidak peduli dengan mereka yang mengatainya dengan berbagai macam cacian. Bagaimanapun juga, ini niatnya untuk hijrah di jalan Allah. Ia yakin Allah akan selalu membantunya.

Dan Gheya memutuskan untuk menjadi wanita tanpa foto juga.

Wanita yang tak akan engkau temukan wajahnya pada media sosial.

Wanita yang begitu tersembunyi, ialah ratu di balik akun.

Bukan karena insecure hingga tak ada satu pun foto

mereka. Namun, itulah manisnya hidayah yg mereka rasakan.

Siapa wanita yg tak ingin dipuji, disanjung?

Semua wanita ingin seperti itu. Namun, ada wanita yang berhasil mengalahkan hawa nafsunya.

Lantas, janganlah kamu mengatakan kami ekstrim.

Suatu saat ketika hidayah itu datang pada hidupmu, engkau tak akan pernah sedikitpun menampakkan dirimu pada media sosial walaupun itu hanya seujung pakaianmu. Engkau akan sangat takut fotomu akan menjadi dosa jariyahmu!.

Bukan sok misterius! Namun, mahalnya seorang wanita bukan pada pakaian dan make upnya, namun pada rasa malunya.

Itulah yang Gheya tulis di buku hijrahnya.

Lalu Gheya selalu diajak berpacaran oleh anak laki-laki di kampungnya maupun di sekolahnya. Bagaimanapun juga, itu zina!

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS.Al-Israa ayat 32)

Tolaklah semua laki-laki jika mereka hanya bisa mengajak dirimu ke dalam hubungan haramnya, karena lebih baik jual mahal demi surga, dibandingkan jual murah dan menghilangkan harga diri sebagai wanita mulia.

Gheya sudah diajarkan oleh ibunya untuk tidak berpacaran. Dan kata-kata ibunya selalu tersimpan di otaknya.

“Gheya, kamu jangan pacaran, dosa… terus kalau kamu ketahuan pacaran, jangan masuk rumah, nikah aja sana.”

Sedikit ancaman dan itu membuat Gheya menurut dan berjanji tidak akan berpacaran. Akan tetapi, semenjak Gheya hijrah, ia berkata:

“Mah, Mama bilang Gheya boleh pacaran pas udah kerja Tapi Gheya gak mau deh, langsung nikah aja. Jalur ta’aruf gitu. Jadi, Gheya pacarannya setelah nikah. Kan, halal, hehehe. Gheya tertawa di akhir kalimatnya.

Tidak ada alasan untuk pacaran. Bagaimanapun, itu dosa dan zina. Apa kalian rela, wahai wanita, ketika kau disentuh oleh laki-laki yang bukan mahram? Kau adalah seorang ratu, dan harus dijaga. Apa kau bisa menyentuh tangan Ratu Elizabeth? Tidak, ‘kan? Tidak semudah itu.

Perempuan yang mau pacaran sudah menjual harga dirinya. Uangmu banyak, tetapi hargamu tidak ada.

Saat Gheya sedang latihan eskul di sekolahnya, ada temannya yang mengatakan sesuatu padanya.

“Tadi, aku bilang ke temanku … ‘Jangan pacaran, dosa.’ Terus dia jawab gini, Gheya, ‘Aku pacaran biar ada yang ngingetin sholat.’ Kesel, tau!”

Gheya terkekeh. “Oh, positif thinking aja. Mungkin dia gak bisa denger adzan.”

Jawaban Gheya membuat temannya tertawa. “Kamu itu kalau jawab pertanyaan kayak gitu, sangat lucu, apalagi ekspresimu seperti tidak nyaman atau merasa jijik dengan yang namanya pacaran, ahahaha.”

Gheya melirik temannya dan berkata dengan nada sinis, Yak! Mana ada Laki-laki sholeh ngajak pacaran. GAK ADA! Pasti dia tau dan takut sama 17:32!”

“Ya, benar mana ada cowok sholeh ngajak pacaran. Itu sama aja kayak cowoknya ngajak ceweknya ngaji, sholat, tapi pacaran. Kita bayangkan, ngaji sama dengan 100 sama dengan sholat, sementara pacaran 0. Jadi, 100 × 100 × 0 = hasilnya? Yang bisa jawab, pinter.” berapa

“Nol hasilnya, gak dapet pahala!”

“Ahahaha!!!”

Lalu rambut seorang wanita itu mahkota. Apa mahkota harus ditampakkan? Tidak, karena mahkota sangat berharga. Memangnya kau bisa menyentuh mahkota seorang ratu? Tidak juga, ‘kan? Makan dari itu, tutuplah auratmu, julurkan hijabmu sampai menutupi dada.

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak- anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu.” (QS. Al-Ahzab ayat 59)

Ada pula tiga perkara yang dilupakan oleh perempuan, yaitu tangan adalah aurat (batasnya hingga pergelangan tangan), kaki seluruhnya adalah aurat, dan dada adalah aurat, wajib menjulurkan hijab sehingga menutupinya.

Dahulu ada teman Gheya yang mengatakan ini padanya. “Malu ih, aku dibilang jomblo mulu. Capek, tau, Gheya.”

Gheya yang mendengar itu tersenyum dan menatap ke arah depan. “Jangan malu. Malulah mengaku agama Islam, tapi berpacaran … aku senang kamu jomblo.”

Gheya menepuk pundak temannya. “Aku duluan, ya.”

Setelah itu Gheya pergi untuk masuk ke kelas. Sementara teman Gheya termenung. Benar apa kata Gheya, malulah mengaku agama Islam, tapi berpacaran!

Lalu jika Gheya diajak nongkrong oleh temannya, Gheya selalu menolak dengan alasan ia tidak boleh nongkrong dengan temannya. Sebenarnya jika Gheya diajak nongkrong, ia selalu mengingat kata-kata yang ia temukan di media sosial. Kira-kira seperti ini:

“Kurangin nongkrong, bermain-main tanpa tujuan. Belajarlah, wahai perempuan, kamu tercipta untuk mendidik anak-anakmu mengenal Allah. Maka bersungguh-sungguhlah dari sekarang dalam belajar ilmu.”

Lalu jika kau berhijrah, maka kau akan mendapatkan beberapa ujian seperti:

Seakrab apa pun kita ketika berteman, maka perlahan- lahan satu per satu dari mereka akan menghilang saat engkau mulai mengejar akhirat.

Hidayah, secara alami telah menyortir dan menyeleksi pertemanan secara otomatis.

Gheya menerima semua ujian itu dengan sabar walaupun air mata sering muncul menemaninya. Ia tetap kuat, ia akan terus belajar mengenal agama Islam lebih dalam lagi. Allah tidak akan menguji hambanya melebihi kekuatannya.

“Apa kamu tau dari mana datangnya wanita sholihah?”

Teman laki-laki di kelasnya bertanya saat Gheya sedang menulis sesuatu.

Gheya menghentikan tangannya yang sedang menulis. “Ya, dia dari wanita pendosa yang bertaubat.” Ia tidak menatap lawan bicaranya karena laki-laki itu bukan mahramnya, sementara laki-laki yang berdiri di depan meja Gheya terdiam menatap tulisan Gheya, mengernyit heran saat menemukan tulisan.

Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata:

“Apabila seorang wanita melewatimu, maka pejamkanlah kedua matamu sampai wanita itu melewatimu.”

Al Wara:

72

Tulisan itu membuat laki-laki itu mengatakan sesuatu pada Gheya.

“Heh, ternyata benar godaan terbesar lelaki adalah wanita. Gheya, kamu maunya ta’aruf, ‘kan?”

Gheya mengangguk kecil sambil terus menunduk dan menulis. “Iya.”

“Kenapa?”

“Soalnya pacaran dosa. Aku gak tertarik sama pacaran, jadi aku milih ta’aruf aja.”

“Hmm gitu. Ta’aruf yuk!”

Gheya menghentikan tangannya yang sedang menulis lalu ia memundurkan bangkunya. “Astagfirullah, kita masih kecil.”

“Ya udah, nanti besar ta’arufnya.”

“Terserah.” Gheya akhirnya bangkit meninggalkan laki- laki itu untuk keluar dari kelas. Ia tidak boleh berlama-lama dengan laki-laki yang bukan mahramnya.

Gheya tidak baper. Ia bukan anak yang mudah baper dengan gombalan atau rayuan laki-laki.

Sementara itu, laki-laki itu bergumam kecil sambil melihat pintu yang dilalui Gheya baru saja tertutup. “Jangan terlalu dikejar. Jika memang jalannya, pasti Allah akan memperlancar, karena apa pun yang menjadi takdirmu akan mencari jalannya untuk menemukanmu.”

***

Gheya memaklumi sikap atau reaksi teman-temannya saat ia memutuskan untuk hijrah. Ada yang menjauh, ada yang menghina, ada yang peduli dan memberinya semangat, dan berbagai macam lainnya.

Ini juga adalah salah satu ujiannya saat hijrah. Gheya bersyukur karena Allah memberinya kekuatan dan sampai saat ini ia masih hijrah. Gheya berdoa semoga ia bisa Istikamah, Gheya yakin ia bisa melewati semua ujian yang diberikan Allah saat ia hijrah. Ia yakin Allah akan memberinya kejutan yang tidak terduga padanya saat ia dengan sabar melewati itu semua. Aamiin.

5

Gheya berharap cepat atau lambat semoga para sahabatnya, sepupunya, atau orang di sekelilingnya akan mendapat hidayah dari Allah dan diberi petunjuk dan jalan yang benar oleh Allah.

“Melihat wanita zaman sekarang, aku jadi tahu mengapa Rasulullah sallallahu alaihi wasallam pernah berkata jika kebanyakan penghuni neraka adalah wanita. Tetapi aku bertanya pada diriku, apakah aku termasuk salah satunya?”

***

Kalau diri ingin berhijrah pertama kali, yang kita lakukan adalah perbaiki hubungan dengan Allah, terutama salat.

Perhiasan yang tidak ternilai adalah akhlak mulia.

Kecantikan yang akan awet adalah kecantikan hati.

Warisan yang langgeng adalah ilmu yang bermanfaat.

Jadilah wanita yang mahal keindahan. Akhlak dan agamanya membuat banyak laki-laki yang menginginkannya, tetapi hanya satu lelaki yang berhasil memilikinya.

Imam Syafii rahimahullah berkata:

“Apabila engkau memiliki teman yang membantumu dalam melakukan ketaatan, maka peganglah dia erat-erat dengan kedua tanganmu, karena sungguh, mencari teman seperti itu sangatlah sulit. Namun, berpisah dengannya sangatlah mudah.”

Artikel ini memiliki

5 Komentar

Cobaan laki laki masa muda memang wanita. Tapi cobaan laki laki dewasa adalah wanita dan harta. Waspadalah..waspadalah…

Masya Allah Kayla Gheka bagus sekali cerpennya teruslah berkarya berdakwah melalui tulisan mengajak teman untuk berhijrah tidak pacaran, selalu mendekatkan diri pada Allah menjauhi hal” negatif… Love you

Tinggalkan Komentar

Tinggalkan Balasan ke Mulki panjidinihari Batalkan balasan

Flag Counter