By Teti
Pandanganku terarah ke luar jendela. Rasanya sakit sekali setelah melihat
warna merah di halaman SNMPTN. Di luar sedang hujan. Aku yakin semesta pun
ikut bersedih atas kegagalan ku saat ini.
“Udahlah, Na. Masih ada kesempatan di SBMPTN nanti.. atau lo nanti bisa
ikut mandiri. Jangan berkecil hati, gua jadi ikutan sedih.” Kata seseorang di depan
ku, Jovan.
Aku menatap laki-laki di depan ku dengan tatapan satu. Memang aku dan
Jovan mempunyai janji untuk membuka hasil seleksi bersama di salah satu kafe
dekat rumah ku. Jovan lolos seleksi di Universitas ternama yang ada di Depok,
sedangkan aku tidak.
“Ga tahu kenapa sakit banget rasanya Jo. Lo yakin ga kalau gua bisa lolos
ke PTN? Takut gagal lagi, Jo..” Ujarku dengan suara yang masih serak dan lemas.
“Runa, yakin sama gua lo bisa kok lolos. Jangan yang negatifnya dulu
dong, nanti gua temenin belajar deh.” Jovan meyakinkanku.
“Lo ga sendiri Arunaa. Ada gua, jangan sedih lahhh.” Tambahnya semakin
meyakinkanku.
“Jo.. maaf ya jadi lebay gini, hiperbola banget biasanya juga biasa aja gua.
Thanks, ya? Temenin gua belajar, ajari dong caranya lolos. Ga lucu gua merah
lagi.” Jawabku sedikit bercanda.
“HAHAHAHA, santai ajalahhh. Nanti gua kasih tips.” Jawab Jovan
dengan sedikit tertawa.
“HAHAHAHA thankss lohhh. Btw yuk pulang? Udah mulai gelap.” Ajak
ku bersamaan hujan mulai reda.
“Heum. Ayo pulang.”
**
64
Tiga bulan lagi SBMPTN akan dilaksanakan maka dari itu aku harus bisa
membagi waktu sebaik mungkin untuk belajar dengan giat. Ini adalah kesempatan
emas ku karena aku tidak mau membuang-buang uang untuk ikut seleksi mandiri
dan membayar ukt dengan nol dua digit. Bisa-bisa papa marah.
Aku bermimpi untuk masuk Fakultas Hukum di Universitas Indonesia.
Aku bercita-cita menjadi pengacara yang hebat atau menjadi bagian dari
politikus. Aku ingin menegakkan keadilan di negeri ku.
Sesuai dengan ucapan Jovan sore itu, aku benar-benar didampingi olehnya
belajar untuk menghadapi SBMPTN nanti. Aku benar-benar beruntung memiliki
mereka..
Sebelumnya Jovan lolos di FH UI. Kita bermimpi untuk satu kampus
dengan fakultas yang sama.
Sebulan sebelum pelaksanaan SBMPTN, Jovan menjadi lebih rajin
menanyakan tentang kesiapan ku. Terkadang dia mengajak belajar lebih dulu
dengan embel-embel, “Na ayo belajar di luar sekalian healing”. Keren banget pak
modusnya???
**
H-1 hari SBMPTN membuat ku semakin gelisah. Sehingga aku sulit untuk
tidur, namun beruntung nya Jovan selalu siap siaga jika aku membutuhkannya
disaat-saat darurat. Seperti saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari
namun aku masih terjaga. Mau chat Jovan takut ganggu.. eh, ada telepon dari
Jovan masuk. Waduh..
“Aruna? Haloo? Kenapa belum tidur? Besok mau ke perpustakaan kota,
kan? Ayo tidur.” Suara Jovan dari seberang sana.
“Iya, haloo. Ada kok disini. Ga bisa tidur Jo, udah maksain juga.” Jawabku.
“Mikirin apa? SBMPTN? Yakin sama gua lo itu bisa lolos. Kita berdua
bakal pake almamater yang sama. Jas kuning kan? Makara nya sama kaya gua
nanti.” Ucap Jovan seperti tau tentang kegelisahan ku.
“Jo.. Tapi gua benaran takut banget ga dapat biru..” Suara ku sedikit
melemah.
“Aruna, gagal itu wajar. Lo mau telat masuk kuliah atau gimana pun, lo
tetap kelihatan keren di mata gua. Jangan berkecil hati atau lo gua pukul?” Jovan
meyakinkanku.
Tinggalkan Komentar