By Darsono, S. Pd. I
Seorang pemuda sedang berboncengan sepeda motor dengan kakeknya, melintasi jalanan yang macet total karena di depan sana ada demo besar-besaran para pekerja pabrik dan para karyawannya, yg menghambat lalu lintas,
dan tampak dari berbagai spanduk mereka tertulis tidak terima kalau mereka diPHK secara sepihak.
Di saat pemuda dan kakeknya tetap berhenti lama di atas sepeda motor, si pemuda itu yg sedang membonceng, secara tidak sengaja dia melirik ke kaca spion yg tentunya bisa melihat kebelakang, termasuk bisa melihat wajah kakeknya yg sedang duduk di belakang.
Si pemuda itu melihat dari spion, kelihatan kedua mata kakeknya sedang menangis, lantas si pemuda itu bertanya : “Kenapa kakek menangis?, apa yang kakek tangisi?”.
Kakeknya menjawab :
“Aku menangis ketika melihat mereka para pekerja yg diPHK tersebut”.
Si pemudanya bertanya :
“Apakah kakek merasa kasihan kepada mereka sehingga kakek menangisi mereka?”.
Kakeknya menjawab :
“Bukan karena itu, tapi aku bisa mengambil hikmah dari peristiwa yg aku saksikan sekarang ini, hikmahnya aku arahkan kepada diriku sendiri, aku membayangkan diriku mengalami seperti mereka”.
Si pemudanya bertanya :
“Apa hikmahnya kek?”.
Kakeknya menjawab :
“Hikmahnya adalah, tahukah kamu, kenapa mereka tidak terima kalau diPHK?, jawabannya adalah karena menjadi seorang pengangguran itu dianggap tidak berharga,
sedangkan menjadi seorang pekerja itu merasa dirinya berharga, dan tanda berharganya adalah dia senang menjalankan perintah dari atasannya,
disuruh apapun dia pasti mau, karena pasti ada apresiasi atas jerih payahnya sebagai pekerja yg disiplin dengan aturan dan amanah menjaga nama baik perusahaannya,
begitu pula diriku di hadapan Alloh, aku membayangkan jikalau Alloh tiba-tiba tidak lagi bersedia memilihku sebagai pekerja Nya alias sebagai pengabdiNya, penghambaNya, tidak lagi menyuruhku untuk menyembahNya, tentu diriku merasa tidak lagi dianggap sebagai makhluq yg dihargaiNya,
akibatnya aku merasa putus asa, percuma hidup jika tidak Alloh hargai sepanjang umur hidupku,
lantas kepada Tuhan mana lagi aku harus melamar menjadi seorang pekerja pengabdi, padahal yg aku tahu hanya Alloh lah satu satunya Sang Pemberi Pekerjaan berwujud perintah untuk menyembahNya,
jadi,
aku merasa bersyukur karena Alloh bersedia memberiku tanda pengenal berupa iman bahwa aku termasuk sebagai pekerja Nya,
aku merasa bersyukur karena Alloh bersedia memerintahkan diriku untuk beribadah menyembahNya, itu berarti aku masih dianggap berharga selama akupun bersedia menjalankan perintahNya,
aku merasa bersyukur karena Alloh bersedia memerintahkan mulutku untuk dipakai menyebut berdzikir NamaNya Yang Maha Agung, padahal aku masih sering menyalah gunakan mulutku ini untuk ucapan ucapan yg tentunya tidak disukai olehNya,
maka dari itu,
marilah kita menjalankan perintahNya dengan perasaan bangga karena pertanda bahwa kita masih dianggap berharga olehNya, sehingga kita menjadi orang yg paling beruntung di hadapanNya,
marilah kita mengamalkan ruku’ dengan rasa bangga, mengamalkan sujud dengan rasa bangga, mengamalkan pengabdian dengan rasa bangga, mengamalkan kebaikan dengan rasa bangga,
karena hakekatnya adalah perintahNya kepada kita sebagai bukti bahwa Dia menghargai kita sebagai sebaik-baiknya makhluq melata,
intinya, merasalah bangga agar terasa ringan menjalankan perintahNya”.
inspirasi dari surat Al Hajj 77, dan surat Al Anfal 55. By. Yanuar Isfanie LPIQ Nasional
uploade By Mmt (10/02/2025)
MasyaAllah 🙏🏻😇
💪💪💪
Tinggalkan Komentar